Rabu, 13 Januari 2010

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR “PENGENALAN IPA”

MAKALAH

ILMU ALAMIAH DASAR
“PENGENALAN IPA”

DISUSUN
O
L
E
H

KELOMPOK 1

 SUPARTOMO







PRODI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2009
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga tugas kolektif yang berbentuk makalah dengan judul “PENGENALAN IPA” dapat terselesaikan tepat waktu, meskipun dengan berbagai macam halangan.

Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi yang akan kami presentasikan dan merupakan implementasi dari program belajar aktif oleh dosen dan Dinas Pendidikan. Dengan tersusunnya makalah ini, kami dapat mengetahui dan memahami awal dari perkembangan IPA itu sendiri yang sangat koheren dengan kegiatan kita sehari-hari.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan membawa dan memberi serta menambah wawasan kita mengenai IPA yang kemudian dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kesalahannya kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah berikutnya.



Gorontalo, April 2009
Penyusun

Kelompok 1 (Satu)




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Peranan IPA
2.2 Perkembangan Alam Pikiran Manusia
(Sifat Unik Manusia, Rasa Ingin Tahu, Mitos,
Penalaran Deduktif Dan Induktif)
2.3 Pengetahuan Sebagai Pangkal Kelahiran IPA .
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, IPTEK yang semakin maju membuat peran aktif manusia dalam bekerja sangat sulit ditemukan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan peran IPA sebagai ilmu pengetahuan yang melahirkan teknologi super canggih. Sekarang ini telah terlahir pesawat dengan kecepatan super sonic, satu atau dua tahun kemudian bisa saja akan terlahir sebuah mesin dengan kecepatan partikel cahaya, yang hanya dalam hitungan menit, dan bahkan detik dapat mengantarkan manusia ke luar angkasa. Semua karena IPTEK dan IPA.
Menurut A. Comte, ada tiga tahap dalam sejarah perkembangan manusia dan IPA yaitu :
• Tahap Metafisika
• Tahap Filsafat
• Tahap Ilmu
Agar perkembangan IPA dan IPTEK tak terputus dan berhenti sampai disini, maka dibutuhkan ilmuan-ilmuan baru yang memberi inovasi-inovasi dalam kehidupan. Sebelum membahas bagaimana melahirkan sebuah inovasi tentunya kita perlu mengenal ilmu yang melahirkan inovasi tersebut.

1.2 Permasalahan
Dalam makalah ini ada beberapa hal yang akan menjadi topic pembahasan kita yaitu :
a. Pengertian dan peranan IPA
b. Perkembangan alam pikiran manusia
c. Sifat unik manusia
d. Rasa ingin tahu
e. Mitos
f. Penalaran deduktif dan induktif

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
 Sebagai tugas kolektif yang diberikan oleh dosen pembimbing Mata Kuliah IAD.
 Sebagai referensi dan pengenalan Mata Kuliah IAD.
 Mengetahui perkembangan alam pikiran manusia yang dari primitive ke modern.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Peranan IPA
Pengertian
Sebenarnya tidak mudah mendefinisikan apakah IPA itu ? H.W. Fowler dan kawan-kawan (1951), mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang sistematis dan dirumuskan. Ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi.
Nabes di dalam bukunya Science in Education menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Kedua pendapat di atas sebenarnya tidak berbeda. Memang benar IPA adalah ilmu teoretis, tetapi teori itu didapat dari pengamatan dan ekperimentasi terhadap gejala-gejala alam.
Fakta tentang gejala kebendaan atau alam, diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui eksperimen. Berdasarkan hasil itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teori). Teori pun idak dapat berdiri sendiri. Teori didasari oleh suatu hasil pengamatan.
Contoh :
 Maxwell tidak akan menyusun teori gelombang elektromagnetik, jika Faraday tidak berhasil dalam percobaan-percobaannya mengenai induksi elektromagnetik.
 Planet Neptunus tidak akan ditemukan secara teoretis, seandainya sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet-planet lainnya.
Jadi, dapat disetujui bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoretis yang diperoleh / disusun dengan cara khas, yakni dengan melakukan observasi eksperimen. Permentasi, peyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya, berkaitan antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama Metode Ilmiah.
Peranan
IPA adalah ilmu yang membahas tentang alam dan segala isinya. Sedangkan teknologi IPA adalah suatu penerapan IPA yang memenuhi kebutuhan manusia.
Teknologi IPA ini dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
1 Teknologi maju yakni teknologi tingkat pertama suatu usaha yang mengarah pada bidang pendidikan, latihan serta pembinaan para peneliti ilmiah untuk selalu mengikuti dan menguasai perkembangan teknologi yang vital serta dibutuhkan oleh suatu negara.
2 Teknologi Adaptif (teknologi madya), yakni perkembangan dari suatu teknologi maju yang penggunannya mesti harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan negara yang memerlukan.
3 Teknologi Protekif, adalah teknologi yang digunakan untuk melindungi (konservasi, restorasi, dan regenerasi) segenap SDA yang ada.
Pada mulanya antara ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak selalu ada kaitannya, makudnya suatu pengetahuan tidak harus menjadi ilmu terlebih dahulu. Sekarang ilmu dan teknologi tidak lagi berdiri sendiri. Sains dan teknologi selalu saling menunjang sehingga dapat maju dengan pesat.
Berikut ini adalah konsep-konsep dasar teknologi IPA dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Materi dan Energi
Dalam IPA, sasaran yang dipelajari adalah alam semesta dan isinya. Ilmu fisika memandang kesemuanya itu adalah materi dan energi.Yang dimaksud dengan materi dalam fisika adalah apa saja yang mempunyai massa dan menempati suatu ruang. Contohnya meja, kursi, awan, gunung, dan sebagainya.
Materi ini dari unsure kimia yaitu C (karbon), H (hydrogen), O (oksigen), N (nitrogen), P (phosphor) dan lain-lain. Unsur-unsur kimia ini bergabung dan menyusun atau membentuk suatu molekul yang merupakan unsur pembentuk materi. Materi dapat berwujud gas, padat, dan cair. Zat padat memiliki bentuk dan volume yang tetap, selama tidak ada pengaruh dari luar (misalnya panas).
Zat cair mempunyai bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan bentuk tempat/wadahnya, sedangkan volumenya tetap. Gas, bentuk volumenya tidak tetap.
Sedangkan yang dimaksud dengan energi adalah sesuatu yang dapat memindahkan materi dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Energi ini bermacam-macam bentuknya, yaitu :
1) Energi Mekanik
Merupakan jumlah energi potensial dan energi kinetic. Setiap benda mempunyai berat, maka baik di dalam keadaan diam atau bergerak setiap benda memiliki energi. Misalnya, energi yang tersimpan dalam suatu benda yang diam (tidak aktif) disebut energi potensial, sedangkan bila benda tersebut jatuh (aktif), maka jatuhnya benda tersebut disebut energi kinetic (energi gerak).
2) Energi panas (kalor)
Pemberian panas suatu benda menyebabkan kenaikan suhu suatu benda atau mengubah suatu bentuk, ukursn ataupun volume suatu benda.
3) Energi magnetic
Energi yang timbul bila kutub 2 batang magnet didekatkan. Kemampuan kutub untuk menggerakkan (tolak menolak atau tarik menarik) inilah yang disebut energi magnetic.
4) Energi listrik
Energi listrik dapat ditimbulkan dengan beberapa cara, yaitu yang berasal dari :
• Air terjun, air sungai dengan mengubah energi kinetic.
• Energi angina untuk menggerakkan kincir angina.
• Penggunaan ahli
• Uap yang digunakan untuk memutar generator listrik.
• Tenaga diesel nuklir
5) Energi kimia
Energi yang diperoleh melalui suatu proses kimia. Contohnya, manusia dapat memperoleh energi dari perubahan makanan yang dikonsumsinya.
6) Energi bunyi
Energi bunyi dapat diartikan sebagai getaran. Contohnya, meledaknya suatu bom menimbulkan getaran yang hebat yang dapat menyebabkan robohnya bangunan atau memecahkan kaca.
7) Energi nuklir
Energi nuklir diperoleh apabila suatu atom pecah menjadi atom yang lain, pecahan atom disertai dengan pembebasan energi.
8) Energi cahaya
Sumber utama cahaya yang digunakan oleh manusia adalah matahari, sedangkan tumbuhan memerlukan matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Energi juga dapat berubah-ubah bentuknya sebagai contoh : energi panas berubah menjadi energi mekanik yang dapat dilihat pada air yang dipanaskan menjadi uap, uap panas ini menekan baling-baling suatu turbin sehingga turbin itu bergerak. Gerakan turbin ini dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam keperluan.
Energi mekanik dapat diubah menjadi energi listrik, yaitu dengan gerakannya energi mekanik memutar dynamo sehingga menghasilkan aliran listrik.
Energi listrik dapat diubah lagi menjadi energi cahaya (aliran listrik memijarkan bola lampu listrik), energi kimia (dialirkan dalam zat kimia kalium khlorat untuk bahan peledak) atau berubah kembali menjadi energi cahaya.

2.2 Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Bumi tempat manusia hidup berisi dua macam makhluk, artinya Tuhan menciptakan dua makhluk yaitu satu benda yang sifatnya aroganis dan yang lain makhluk yang bersifat organis.
Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis), sedangkan makhluk tunduk pada hukum kehidupan (biologis). Masing-masing memiliki tingkatan-tingkatan pada perwujudannya, benda dapat berupa gas, cair, atau padat yang memiliki ciri sendiri-sendiri sehingga mudah dibedakan satu dari yang lain. Sedangkan makhluk hidup dibedakan tingkatannya atas tumbuhan, binatang, dan manusia. masing-maing juga memiliki ciri-ciri khas sehingga secara mudah dibedakan satu dari yang lain, tetapi ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari binatang, apalagi tumbuhan.

 Sifat Unik Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri :
1) Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya sehingga manusia merupakan makhluk yang cerdas dan bijaksana (homo sapiens). Adanya kemampuan untuk berusaha, maka manusia menggunakan pikirannya untuk melakukan sesuatu dimasa sekarang atau masa depan dengan pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman.
2) Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan ke luar.
3) Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
4) Memiliki potensi untuk berkembang biak.
5) Tumbuh dan bergerak
6) Berinteraksi dengan lingkungan, artinya :
a. Manusia dapat membuat alat-alat dan menggunakannya sehingga disebut sebagai manusia kerja (homo faber)
b. Manusia dapat berbicara (homo lauguens), sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lainnya.
c. Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo socios), tidak bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hokum rimba, yang kuat itulah yang berkuasa.
d. Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo economicos)
7) Bila tiba masanya, ia akan mati. Oleh karena itu manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki kemampuan lebih hebat dari manusia, sehingga menjadikannya manusia berkepercayaan / beragama (homo religious).

Dalam tahap awal, lahir animisme, dinamisme, maupun toleisme yang sekarang dikategorikan sebagai kepercayaan dan kadang-kadang sebagai agama alami. Kemudian lahir agama samawi yang percaya kepada Tuhan YME, percaya kepada Nabi dan Rasul serta kitab suci-Nya sebagai pedoman hidup.
Bila dibandingkan tubuh manusia dengan hewan tingkat tinggi lainnya, maka tubuh manusia lemah. Kelebihan manusia adalah rohaninya, yakni akal budi dan kemauannya yang sangat kuat sehingga dengan akal budi dan kemauannya tersebut, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

 Rasa Ingin Tahu
IPA itu, berawal dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia. manusia mempunyai rasa ingin ahu tenang benda-benda di sekelilingnya, alam di sekitarnya, baik bulan, bintang maupun matahari yang dipandangnya, bahkan ingin tahu pada tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya, bahwa rasa ingin tahu tidak dimiliki oleh benda-benda tak bernyawa seperti batu, tanah, sungai ataupun angina. Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Rasa ingin tahu tak terpuaskan, jika salah satu soal dapat dipecahkan, maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia pun tak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya, selalu timbul keinginan untuk menambah pengetahuan. Tiap individu atau kelompok individu mempunyai kelebihan yakni kemampuan berpikir atau dengan perkataan lain curiousity-nya tidak idle, tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Ia akan bertanya terus setelah tahu tentang APAnya, mereka juga ingin tahu BAGAIMANA dan MENGAPA begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru hingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Hal tersebut berlangsung berabad-abad lamanya sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu manusia pada mulanya mengenai diri sendiri yang akhirnya disadari bahwa dirinya terdiri dari dua unsure yaitu rohani dan jasmani. Diketahuinya bahwa roh itu ada dalam tubuh manusia karena adanya pengalaman dan pengertian tentang mimpi dan orang meninggal, roh dikatakan abadi walaupun telah meninggalkan badan, sedangkan tubuh yang ditinggalkan roh membusuk.

Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia, menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Ada dua macam perkembangan yang dapat kita ketahui, yakni :
1 Perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya.
Alam pikiran seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang lain yang mengasuhnya.
Alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah, apabila orang-orang di sekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk memuaskan rasa ingin tahu anak tersebut. Dengan demikian perkembangan alam pikiran anak akan terhambat.
2 Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
Pada zaman purba, manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki yakni terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angina, petir, hujan, dan pelangi.
Terdorong rasa ingin tahunya yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, tetapi kemudian timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus sampai sekarang dan akan berlanjut dimasa mendatang. Mekipun semua orang memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas yakni bertanya kepada orang lain yang telah menyelidiki atau bertanya kepada orang lain yang telah bertanya. Cara melalui jalan pintas ini pun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.

 Mitos
Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan non-fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Jadi, tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pengamatan maupun pengalamnnya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereke-reka sendiri jawabannya.
Berdasarkan sejarah perkembangan manusia menurut A.Comte ada tiga tahap yaitu :
1) Tahap teologi atau tahap metafisika
2) Tahap filsafat
3) Tahap positif atau tahap ilmu
Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap metafiska. Metologi berarti pengetahuan tentang mitos yang merupakan kesimpulan cerita-cerita mitos. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, instuisi atau imajinasi.
Menurut C.A. Van Peursen, mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat, dapat pula diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang dan sebagainya.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1) Mitos sebenarnya
Manusia berusaha sungguh-sungguh dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada. Namun belum tepat, karena kurang pengetahuannya sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa atau dewi.
Contoh :
 Apakah pelangi itu ? karena tak dapat dijawab, mereka mereka-reka dengan jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi, muncul pengetahuan baru yakni bidadari.
 Gempa bumi diduga terjadi karena atlas (raksasa yang memikul bumi pada bahunya) sedang memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lainnya.
2) Cerita rakyat
Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia mengisahkan peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat karena cerita rakyat hanya disampaikan dari mulut ke mulut, maka sulit diperiksa kebenarannya. Tetapi gejala yang ada dalam masyarakat memang ada dan agar meyakinkan, seorang tokoh dikaitkan dalam cerita rakyat.
Contoh :
“ Lutung kasarung dari daerah Pasudan, Bawang Merah Bawang Putih dan Timun Emas dari Jawa Tengah dan sebagainya”.
3) Legenda
Adapun cerita yang didasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda dikemukakan seorang okoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contoh :
“ Sangkuriang yang dikaitkan dengan gunung Tangkuban Perahu dan Dataran Tinggi Bandung yang dahulunya merupakan danau”.

Manusia pada tahap teologi (menurut A. Comte) atau pada tahap mitos (C.A. Van Peursen), belum dapat melihat realita ini dengan inderanya. Manusia belum dapat mengetahui dan menangkap peristiwa (objek) dengan alam pikirannya, maka manusia beranggapan bahwa dewa, dewi, hantu, setan atau makhluk gaib lainnya yang dianggap sakti atau berkuasa sedang murka.

Penyebab timbulnya mitos
1) Keterbatasan Pengetahuan Manusia

Pada saat manusia masih terbatas pengetahuannya, belum banyak yang mereka ketahui. Pengetahuan mereka diperoleh dari cerita orang, karena seseorang mengetahui sesuatu hal. Kemudian memberitahukannya lagi kepada orang lain. Apakah yang diketahui sudah benar atau belum, merupakan permasalahan. Dari hal yang tidak benar, kemudian disalahkan setelah ada kebenaran, maka pengetahuan orang tentang sesuatu jadi bertambah.
2) Keterbaasan Penalaran Manusia
Manusia memang mampu berpikir, namun pmikirannya perlu terus-menerus dilatih. Pemikiran itu sendiri dapat benar dapat pula salah. Akhirnya penalaran yang salah akan kalah atau penalaran yang benar. Untuk itu diperlukan waktu guna meyakinkan.
3) Keinginan Manusia Yang Telah Dipenuhi Untuk Sementara
Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.
4) Keterbatasan Alat Indera Manusia
 Alat penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan sepuluh gambar yang berbeda satu dengan yang lain dalam satu detik. Jika ukuran partikel jauh, maka mata tak mampu melihatnya.
 Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 hertz/detik, getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 hertz/detik tidak terdengar.
 Alat pencium dan pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa yakni rasa manis, asin, asam dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita, bila konsentrasinya di udara lebih dari sepuluh juta PPM. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lainnya. Namun, tidak semua orang bisa melakukannya.
 Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relative, sehingga tidak bisa dipakai sebagai ala observasi. Akibat dari keterbatasan alat indera kita, maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.

 Penalaran Deduktif Dan Induktif
Berkat pengamatan yang sistematis, kritis dan makin bertambahnya pengalaman yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha mencari jawaban secara rasional dengan meninggalkan yang irasional. Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Kaum rasionalis mengembangkan paham yang disebut rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis menggunakan :

 Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak belakang dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme. Silogisme terdiri dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor. Kesimpulan dan konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis tersebut.
Contoh :
 Semua benda bisa dipanaskan dalam keadaan kering dan berubah menjadi api …………(1)
 Kayu adalah benda .. ……….(2)
 Kayu bila dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah menjadi api ………..(3)
1 Disebut premis mayor, yakni sesuatu yang berlaku umum
2 Disebut premis minor, yakni sesuatu yang berlaku khusus.
3 Kesimpulan.
Jadi, kesimpulan ditarik dari sesuatu yang umum kepada yang khusus, dengan perkataan lain, kesimpulan ini hanya benar jika kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik kesimpulannya juga benar. Jika ada yang salah dari ketiga hal di atas, maka kesimpulan yang diambil juga tidak benar.

 Penalaran Induktif
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan deduktif ternyata mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain berdasarkan pengalaman konkret yang disebut penganut empirisme. Pendapat mereka, gejala alam itu bersifat konkret dan dapat ditangkap dengan panca indera manusia.
Penganut empirisme menyusun pengertian dengan menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Dengan penalaran induktif, makin lama dapat disusun pernyataan yang lebih umum lagi dan makin bersifat fundamental.
Contoh :
a. Pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum, bahwa semua logam, jika dipanasi akan bertambah panjang.
b. Kucing bernafas, Kambing bernafas, Sapi, Kuda dan Harimau juga bernafas. Dapat disimpulkan secara umum bahwa semua hewan dapat bernafas.
c. Hewan dapat bernafas, manusia dapat bernafas. Jadi dapat disimpulkan, bahwa semua makhluk hidup dapat bernafas.

Dengan cara induktif, dapat diperoleh prinsip-prinsip yang bersifat umum sehingga memudahkan dalam hal memahami gejala yang beraneka ragam. Namun demikian, ternyata pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan penalaran induktif ini masih belum tentu bersifat kontradiktif. Demikian pula fakta yang berkaitan belum dapat menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis.

2.3 Pengetahuan Sebagai Pangkal Kelahiran IPA
Himpunan pengetahuan di atas dapat disebut ilmu pengetahuan, jika digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empiris yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah. Memang benar, bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang teoretis. Teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam.
Fakta-fakta tentang gejala-gejala kebenaran alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen). Kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teori). Teori ini pun masih harus diuji kemantapan/kesaktiannya. Artinya, bilamana diadakan penelitian ulang, yang dilakukan oleh siapa pun, dengan langkah-langkah yang serupa dan kondisi yang sama, maka akan diperoleh hasil yang konsisten.
Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat konsisten. Artinya, dapat diuji oleh siapa pun dan dengan demikian kesimpulan yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
Secara lengkap dapat dikatakan, bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA, bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut, objeknya adalah pengalaman manusia, berupa gejala-gejala alam. Kemudian dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.

Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam
Berkat makin sempurnanya alat pengamat bintang, berupa teleskop dan juga makin meningkatnya kemampuan berpikir manusia, maka pada tahun 1500-1600, terjadi perubahan besar atas semua ajaran Aristoteles maupun Ptolomeus. Sebagai tonggak sejarah dapat dicatat disini adalah Nicoulas Copernicus. (1473-1543).
Ia tidak saja seorang astronom, tetapi juga ahli matematika dan pengobatan. Tulisannya yang terkenal, merombak pandangan astronom zaman Yunani Kuno berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium yang berarti peredaran alam semesta. Buku ini ditulis pada tahun 1507, namun tidak segera diumumkan, karena prinsip heliosentris (berpusat pada matahari) bertentang dengan kepercayaan penguasa pada saat itu.
Pokok ajarannya antara lain :
1) Matahari adalah pusat dari system solar. Di dalam system itu, bumi adalah salah satu dari planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
2) Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
3) Bumi berputar pada porosnya dari Barat ke Timur yang mengakibatkan adanya siang dan malam serta pandangan tentang gerakan bintang-bintang.

Dengan rasionalisme dan empiris yang dikembangkan, ilmu pengetahuan maju dengan pesat, sehingga dikatakan sebagai revolusi ilmu pengetahuan (scientific revolution). Ilmu dipikirkan untuk kesejahteraan manusia (antologi) dan lahirnya ilmu terapan (applied science) memungkinkan terjadinya revolusi teknologi (technological revolution).
Terjadinya revolusi industri (industrial revolution) ialah sebagai jawaban manusia untuk memenuhi kebutuhan akan hasil industri setelah kebutuhan pangan tercapai. Dengan berkembangnya jumlah penduduk, soal pangan kembali menjadi masalah serius. Bioteknologi dikembangkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan elektronika saat itu juga maju pesat.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
 IPA adalah suatu pengetahuan teoretis yang diperoleh / disusun dengan cara khas, yakni dengan melakukan observasi eksperimen.
 Teknologi IPA ini dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Teknologi maju yakni teknologi tingkat pertama suatu usaha yang mengarah pada bidang pendidikan, latihan serta pembinaan para peneliti ilmiah untuk selalu mengikuti dan menguasai perkembangan teknologi yang vital serta dibutuhkan oleh suatu negara.
b. Teknologi Adaptif (teknologi madya), yakni perkembangan dari suatu teknologi maju yang penggunannya mesti harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan negara yang memerlukan.
c. Teknologi Protekif, adalah teknologi yang digunakan untuk melindungi (konservasi, restorasi, dan regenerasi) segenap SDA yang ada.

3.2 Saran
Setelah menarik kesimpulan, oleh karenanya kami menyarankan kepada pembaca agar lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan IPA karena sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi IPA tidak saja bermanfaat dalam bidang pendidikan tetapi juga sangat berpengaruh dalam perkembangan teknologi suatu negara.

4 komentar:

  1. makasih kak. membantu skali ini posting tgs :)

    salam kenal. saya junior :)

    ^____^

    BalasHapus
  2. .terima kasih :-)
    bermanfaat buat tugas saya IAD.hehehehe

    BalasHapus
  3. PAs samatugas aq tinggal di poles dikit

    BalasHapus
  4. tidak menarik sb tanpa footnotenya

    BalasHapus